Sabtu, 27 Agustus 2011

Petani Mengeluhkan Biaya Pendidikan

MENARIK dialog yang terjadi antara Presiden dan petani di Cilacap, Jawa Tengah. Petani mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan, padahal mereka sangat menginginkan agar anak-anak mereka mendapat kesempatan untuk mengecap bangku pendidikan yang lebih tinggi.

Petani menjadi sosok yang menarik untuk kita perhatikan, karena lebih 60 persen penduduk negeri ini hidup dari sektor pertanian. Kalau mereka gagal untuk bisa memajukan anak-anak mereka, maka semakin jauh perjalanan kita untuk menjadi bangsa yang maju.

Oleh karena itu negara seharusnya memberi perhatian kepada keluarga petani. Jangan hanya sekadar berpura-pura peduli, tetapi sebenarnya membiarkan para petani untuk bertahan menghadapi kerasnya kehidupan.

Kepada Presiden, para petani mengharapkan agar bantuan operasional sekolah diberikan juga hingga tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Terutama untuk SMP seharusnya pemerintah memberikan karena program wajib belajar sembilan tahun artinya sampai selesai SMP.

Jauh lebih bermanfaat apabila 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dipakai untuk kepentingan langsung pendidikan anak-anak kita. Daripada dikorupsi oleh orang seperti mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin misalnya, jauh lebih baik dipakai untuk meningkatkan kualitas anak-anak Indonesia.

Kita seharusnya prihatian bahwa setelah 66 tahun kita merdeka, masih 50 persen penduduk ini pendidikannya hanya tingkat sekolah dasar atau lebih rendah lagi. Ketika kita sudah bersepakat untuk menyisihkan 20 persen anggaran untuk pendidikan, lebih banyak dihambur-hamburkan untuk kepentingan yang tidak mendesak.

Seorang menteri bahkan sampai berkelakar bahwa saking bingungnya Kementerian Pendidikan Nasional untuk menghabiskan anggaran yang lebih banyak dilakukan membuat seminar atau penataran. Hasilnya adalah kita bisa mendapatkan tas atau peralatan seminar yang dibagikan kepada para peserta.

Tantangan yang kita hadapi dalam bidang pendidikan adalah bagaimana menyiapkan sistem pendidikan yang lebih baik. Bagaimana kita berorientasi untuk memberi kesempatan kepada seluruh warga untuk bisa mengecap pendidikan yang lebih baik.

Kita seringkali terjebak kepada pemahaman bahwa kemampuan ekonomi masyarakat lebih baik. Kita tidak menutup mata bahwa jumlah kelas menengah kita memang meningkat. Namun kelompok masyarakat miskin jumlahnya masih sekitar 43 persen.

Kebanyakan dari 43 persen masyarakat yang miskin itu adalah keluarga petani. Tanpa ada keberpihakan yang nyata kepada mereka, maka petani akan semakin tertinggal. Ketika anak-anak mereka tidak mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan yang lebih baik, maka keluarga petani akan semakin tertinggal lagi.

Pada masa Orde Baru, keberpihakan kepada petani sangatlah terasa. Pemerintah memberi perhatian bukan hanya untuk merangsang peningkatan produksi, tetapi memberi kesempatan kepada keluarga petani untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang tertinggi.

Banyak menteri yang berasal dari keluarga petani. Salah satunya adalah Prof. Rokhmin Dahuri yang menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di zaman Presiden Megawati Soekarnoputri. Rokhmin selalu mengatakan bahwa ia adalah anak nelayan yang beruntung mendapat kesempatan untuk bisa sekolah sampai tingkat doktor.

Semua itu bisa terjadi karena pendapatan petani secara rata-rata jauh lebih baik ketika itu. Nilai tukar petani masih dalam kondisi yang pantas. Apalagi perguruan tinggi belum menjadi badan hukum, sehingga masih terjangkau oleh keluarga-keluarga yang miskin.

Ironis jika ketika APBN sudah meningkat berlipat kali dan bahkan 20 persennya anggaran diperuntukkan bagi pendidikan, justru banyak orang yang semakin tidak mampu menyekolahkan anaknya. Seperti keluhan yang disampaikan petani di Cilacap kepada Presiden.

Inilah yang seharusnya menjadi bahan introspeksi kita. Pasti ada yang salah dalam konsep pembangunan bangsa ini, ketika masih begitu banyak warga bangsa ini yang tidak terdidik. Padahal kita sedang hidup dalam era yang serba terbuka, di mana bangsa yang lebih siap membangun manusianya yang akan memenangi globalisasi.

sumber: okezone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar